Obesitas By Anggi Rengganis
Ada lagi, ini dia namanya Anggi, Anggi Rengganis. Sudah tertular wabah rapat oleh seseorang yang bernama Rengganis pula, tragis...
Obesitas
Orang
tua berlomba memberikan gizi yang terbaik untuk bayinya hingga banyinya menjadi
gendut dan pipi bayi jadi bahan cubitan orang lain yang gemas melihatnya.“Ih,
gendut.. imut.. gemess!” itu lah yang dikatakan orang-orang sambil mencubit
pipi bayi. Tidak sedikit orang tua menjadi senang mendengar kata-kata tersebut
karena menurutnya kata-kata tersebut secara tidak langsung memuji orang tua
yang sukses merawat anaknya.
Sang
bayi sudah semakin besar dan menjadi
anak TK yang sehat dan gendut. “Wah, anak yang sehat.. lucu.. kamu imut deh!”
kata-kata tersebut masih kata-kata yang senang di dengar orang tua dan bukan
masalah untuk si anak, tapi anak kini
semakin membesar dan menjadi remaja yang gendut. “Hii, dasar gendut! Diet dong
lu!” itu lah kata-kata yang sering di ucapkan pada bayi gendut imut yang kini
sudah beranjak remaja.
Remaja
gendut itu kini bertambah besar jadi orang dewasa yang gendut “Maaf ya, aku ga
bisa nerima kamu jadi pacarku, Ndut.” Itu kata pujaan hati sang anak gendut
yang sekarang sudah beranjak dewasa sesaat ia menyatakan cinta. Kini ia jarang
sekali dipanggil dengan nama aslinya, ia lebih sering dipanggil “mbrot” atau
“ndut” karena badannya yang gendut. Orang tua yang dahulu sangat giat
memberikan makanan dengan jumlah yang banyak sekarang hanya berkata “ambil
makanannya jangan banyak-banyak nanti susah kalo nyari ukuran baju”.
Anak
Kalau anak susah
disuruh makan dan jadi kurus, lantas orangtuanya yang dibilang kurang mengurus
anak sehingga anaknya kurus. Tapi kalau anaknya diurus dengan baik sehingga
jadi terlalu subur dan menggelembung bulat, malah dibilang tidak sehat dan
ditakut-takuti dengan ancaman berbagai penyakit. Mulai dari yang fisik, sampai
yang psikologis. Bikin hati orangtua jadi ciut. Tapi hal itu memang benar adanya,
karena kini sudah bukti bahwa kegemukan atau obesitas memang membawa dampak
kecenderungan yang tidak sehat.
Dimulai ketika anak memiliki bobot jauh di atas normal untuk anak
seusianya. Dan anak mulai sadar bobot tubuhnya menyebabkan ia tidak nyaman dan
mengutarakan rasa tidak nyaman tersebut pada orang tua, orang tua hanya berkata
"Nanti kalau besar juga kurus sendiri." Perkataan orang tua yang
semacam itu juga tidak bisa disalahkan karena orang tua berfikir tidak mungkin
menyuruh anak untuk diet di masa pertumbuhan karena takut pertumbuhannya
terganggu, tapi disisi lain orang tua tidak sadar, anak yang kegemukan terancam
berbagai penyakit, tak hanya fisik tetapi juga psikologis.
Anak-anak yang kegemukan seringkali ditakuti anak lain karena
badannya yang besar. Perilaku yang semestinya wajar ditampilkan anak-anak
seusianya, kerapkali ditanggapi dengan ketakutan oleh anak lain karena tubuhnya
yang besar. Kebanyakan anak yang kegemukan menderita bukan soal kelebihan
beberapa kilogram berat badan tapi, anak-anak merasa tidak nyaman karena reaksi
orang-orang di sekitarnya.
Remaja
Obesitas pada remaja memiliki dampak
terhadap perkembangan remaja terutama aspek perkembangan psikososial. Seorang
remaja yang menderita obesitas sering terasing dalam pergaulan, merasa rendah
diri, menarik diri dari pergaulan dan mengalami depresi. Selain itu obesitas
pada masa remaja berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan
berpotensi mengalami berbagai macam penyakit yang bisa berujung kematian.
Tak heran mengapa banyak remaja yang obesitas.
Remaja yang gemuk itu memiliki gaya hidup yang menjurus
pada penurunan aktifitas fisik, seperti: lebih memilih ke sekolah dengan naik kendaraan disbanding jalan kaki, lebih senang bermain komputer / games, nonton TV atau video dibanding
melakukan aktifitas fisik seperti hiking atau bermain permainan
tradisional yang lebih banyak membakar kalori.
Saat naik ke alat pengukur berat
badan, dan melihat jarum timbangan selalu bergerak ke kanan setiap harinya,
remaja mulai cemas. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya seperti
“bagaimana dia bisa suka kalo aku gendut?” “apakah baju yang aku beli kemarin
masih cukup” dan berbagai pertanyaan lain menyangkut penampilan fisiknya.
Dewasa
Ketika
sudah dewasa dampak dari obesitas itu mulai terlihat secara nyata, seperti
gangguan kesehatan berupa tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, dan serangan
jantung. Belum cukup dampak fisik akibat dari obesitas masih ada lagi dampak
psikologis dari obesitas itu, seperti:
1. Adanya stigma sosial di beberapa negara
barat yang menyatakan bahwa obesitas sering dianggap malas dan tidak mempunyai
kemauan.
2. Adanya kriteria ideal, berat badan yang
ideal membuat individu yang mengalami obesitas kurang rasa percaya diri. Hampir
semua model dalam peragaan busana ataupun model iklan produk kecantikan di TV
adalah yang bertubuh langsing dan sangat jarang menggunakan model-model
bertubuh gemuk sehingga mereka (obesitas) merasa dirinya tidak pantas dan
kurang percaya diri. Ditambah lagi banyak orang menganggap bahwa cantik itu
harus “kutilang” (kurus, tinggi, langsing”.
4. Lingkungan kerja. Beberapa perusahaan merasa
“keberatan” dengan merekrut pegawai yang mempunyai berat tubuh berlebihan,
dianggap tidak luwes, tidak menarik secara fisik, dan dianggap tidak fleksibel.
Dibuktikan dengan masih dapat dilihat pada perusahaan-perusahaan yang melakukan
proses rekruitment dengan meminta biodata tinggi dan berat badan, atau
bahkan photo berwarna. Praktik yang bisa dibilang diskriminasi ini masih banyak
di Indonesia, mereka beranggapan bahwa orang yang mengalami kegemukan tidak
dapat menarik banyak customer.
Stigma Tentang
Orang Gendut
Big is
not beautiful. Begitulah stigma terhadap orang gemuk yang
terus menyebar dan mengglobal. Maraknya fenomena K-Pop dengan girlband-nya
yang memiliki tubuh kurus, badan putih, dan hidung mancung. Semakin menguatkan
pandangan bahwa gendut itu tidak cantik.
0 comments