Obesitas By Anggi Rengganis

by - 11:59 PM

Ada lagi, ini dia namanya Anggi, Anggi Rengganis. Sudah tertular wabah rapat oleh seseorang yang bernama Rengganis pula, tragis...



Obesitas
Orang tua berlomba memberikan gizi yang terbaik untuk bayinya hingga banyinya menjadi gendut dan pipi bayi jadi bahan cubitan orang lain yang gemas melihatnya.“Ih, gendut.. imut.. gemess!” itu lah yang dikatakan orang-orang sambil mencubit pipi bayi. Tidak sedikit orang tua menjadi senang mendengar kata-kata tersebut karena menurutnya kata-kata tersebut secara tidak langsung memuji orang tua yang sukses merawat anaknya.
Sang bayi sudah semakin besar dan  menjadi anak TK yang sehat dan gendut. “Wah, anak yang sehat.. lucu.. kamu imut deh!” kata-kata tersebut masih kata-kata yang senang di dengar orang tua dan bukan masalah untuk si anak, tapi  anak kini semakin membesar dan menjadi remaja yang gendut. “Hii, dasar gendut! Diet dong lu!” itu lah kata-kata yang sering di ucapkan pada bayi gendut imut yang kini sudah beranjak remaja.
Remaja gendut itu kini bertambah besar jadi orang dewasa yang gendut “Maaf ya, aku ga bisa nerima kamu jadi pacarku, Ndut.” Itu kata pujaan hati sang anak gendut yang sekarang sudah beranjak dewasa sesaat ia menyatakan cinta. Kini ia jarang sekali dipanggil dengan nama aslinya, ia lebih sering dipanggil “mbrot” atau “ndut” karena badannya yang gendut. Orang tua yang dahulu sangat giat memberikan makanan dengan jumlah yang banyak sekarang hanya berkata “ambil makanannya jangan banyak-banyak nanti susah kalo nyari ukuran baju”.
Anak
            Kalau anak susah disuruh makan dan jadi kurus, lantas orangtuanya yang dibilang kurang mengurus anak sehingga anaknya kurus. Tapi kalau anaknya diurus dengan baik sehingga jadi terlalu subur dan menggelembung bulat, malah dibilang tidak sehat dan ditakut-takuti dengan ancaman berbagai penyakit. Mulai dari yang fisik, sampai yang psikologis. Bikin hati orangtua jadi ciut. Tapi hal itu memang benar adanya, karena kini sudah bukti bahwa kegemukan atau obesitas memang membawa dampak kecenderungan yang tidak sehat.
Dimulai ketika anak memiliki bobot jauh di atas normal untuk anak seusianya. Dan anak mulai sadar bobot tubuhnya menyebabkan ia tidak nyaman dan mengutarakan rasa tidak nyaman tersebut pada orang tua, orang tua hanya berkata "Nanti kalau besar juga kurus sendiri." Perkataan orang tua yang semacam itu juga tidak bisa disalahkan karena orang tua berfikir tidak mungkin menyuruh anak untuk diet di masa pertumbuhan karena takut pertumbuhannya terganggu, tapi disisi lain orang tua tidak sadar, anak yang kegemukan terancam berbagai penyakit, tak hanya fisik tetapi juga psikologis.
Anak-anak yang kegemukan seringkali ditakuti anak lain karena badannya yang besar. Perilaku yang semestinya wajar ditampilkan anak-anak seusianya, kerapkali ditanggapi dengan ketakutan oleh anak lain karena tubuhnya yang besar. Kebanyakan anak yang kegemukan menderita bukan soal kelebihan beberapa kilogram berat badan tapi, anak-anak merasa tidak nyaman karena reaksi orang-orang di sekitarnya.
Remaja
Obesitas pada remaja  memiliki dampak terhadap perkembangan remaja terutama aspek perkembangan psikososial. Seorang remaja yang menderita obesitas sering terasing dalam pergaulan, merasa rendah diri, menarik diri dari pergaulan dan mengalami depresi. Selain itu obesitas pada masa remaja berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai macam penyakit yang bisa berujung kematian.
Tak heran mengapa banyak remaja yang obesitas. Remaja yang gemuk itu memiliki gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: lebih memilih ke sekolah dengan naik kendaraan disbanding jalan kaki, lebih senang bermain komputer / games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik seperti hiking atau bermain permainan tradisional yang lebih banyak membakar kalori.
            Saat naik ke alat pengukur berat badan, dan melihat jarum timbangan selalu bergerak ke kanan setiap harinya, remaja mulai cemas. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya seperti “bagaimana dia bisa suka kalo aku gendut?” “apakah baju yang aku beli kemarin masih cukup” dan berbagai pertanyaan lain menyangkut penampilan fisiknya.
Dewasa
            Ketika sudah dewasa dampak dari obesitas itu mulai terlihat secara nyata, seperti gangguan kesehatan berupa tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, dan serangan jantung. Belum cukup dampak fisik akibat dari obesitas masih ada lagi dampak psikologis dari obesitas itu, seperti:
1. Adanya stigma sosial di beberapa negara barat yang menyatakan bahwa obesitas sering dianggap malas dan tidak mempunyai kemauan.
2. Adanya kriteria ideal, berat badan yang ideal membuat individu yang mengalami obesitas kurang rasa percaya diri. Hampir semua model dalam peragaan busana ataupun model iklan produk kecantikan di TV adalah yang bertubuh langsing dan sangat jarang menggunakan model-model bertubuh gemuk sehingga mereka (obesitas) merasa dirinya tidak pantas dan kurang percaya diri. Ditambah lagi banyak orang menganggap bahwa cantik itu harus “kutilang” (kurus, tinggi, langsing”.
4. Lingkungan kerja. Beberapa perusahaan merasa “keberatan” dengan merekrut pegawai yang mempunyai berat tubuh berlebihan, dianggap tidak luwes, tidak menarik secara fisik, dan dianggap tidak fleksibel. Dibuktikan dengan masih dapat dilihat pada perusahaan-perusahaan yang melakukan proses rekruitment dengan meminta biodata tinggi dan berat badan, atau bahkan photo berwarna. Praktik yang bisa dibilang diskriminasi ini masih banyak di Indonesia, mereka beranggapan bahwa orang yang mengalami kegemukan tidak dapat menarik banyak customer.
Stigma Tentang Orang Gendut
            Big is not beautiful. Begitulah stigma terhadap orang gemuk yang terus menyebar dan mengglobal. Maraknya fenomena K-Pop dengan girlband-nya yang memiliki tubuh kurus, badan putih, dan hidung mancung. Semakin menguatkan pandangan bahwa gendut itu tidak cantik.
           

           

You May Also Like

0 comments