TERTAWA BUKAN HANYA TENTANG KESENANGAN (Gejala Ketawa) By Gina Inoy
Hore ada lagiiii, sekarang mah punya si Gina, dipanggilnya Inoy tapi. Rame euy temen-temen aku pada bikin tulisan, padahal inimah disuruh dosen, sebagai tugas, tapi ya biarin aja atuh, ih....
TERTAWA
BUKAN HANYA TENTANG KESENANGAN (Gejala Ketawa)
Tertawa itu
sederhana, hanya membuka mulut lalu bersuara hahaha. Banyak orang tertawa
karena hal yang ia anggap lucu, lucu itu yang biasanya sesuatu yang bisa
menghibur diri seseorang sehingga ia bereaksi seperti yang dibilang orang-orang
tertawa. Reaksi tertawa ini spontan, kadang orang tidak dapat menguasai dirinya
saat ia tertawa karena hal yang ia anggap sangatlah lucu dan menyenangkan.
Humor dapat membuat orang tertawa, sampai terbahak-bahak. Ataupun ketika
seseorang melihat kejadian yang ia anggap lucu, mungkin ia akan tertawa sampai
perutnya sakit dan sampai mengeluarkan air dari matanya. Tapi, umumnya yang
mengeluarkan air dari mata itu adalah gejala dari orang yang sedang bersedih.
Tapi tidak juga ternyata setelah saya mengalaminya sendiri. Mendapati hal yang
sangat lucu lalu tanpa bisa dikontrol saya tertawa terpingkal-pingkal sampai
perut saya sakit dan rahang saya keram dan lalu akhirnya mengeluarkan air dari
mata saya, seperti halnya orang menangis. Tertawa juga dapat dikontrol atau
ditahan, ya tetapi kalo hal itu sangat lucu mungkin seseorang akan merasa sakit
di bagian pipi, dada dan perutnya ketika menahan tawa. Tak masalah, karena
tertawa itu gejala alamiah yang dirasakan oleh manusia. Tapi apakah penyebab
tertawa pada semua orang itu sama? Jelas berbeda. Ini cuma soal selera dan mood
mungkin. Ayah saya bisa saja terpingkal-pingkal ketika menonton film lawas dari
WARKOP DKI, tapi tidak dengan saya. Saya mungkin akan tertawa ketika menyimak
candaan cerdas dari para host The Comment. Jadi gejala tertawa itu muncul dari
sisi subjektif seseorang ketika ia mempresepsikan suatu hal yang membuat ia
tertawa. Tapi saya juga tidak akan tertawa melihat para host The Comment
membuat elucon ketika saya baru saja kehilangan motor kemarin di halaman rumah
saya, ya tentu Ayah saya juga tidak akan tertawa untuk hal yang satu ini.
Pernah
teman saya ketika berbicara via
LINE
call
dengan seorang teman lainnya
yang warga asli Jerman. Teman saya mengucapkan kata dalam bahasa inggris dengan
logat sundanya yang kental, dan orang Jerman ini tertawa terpingkal-pingkal
sampai ia sulit menghentikannya. Padahal menurut teman saya dan bahkan menurut
saya hal itu biasa saja, bukan hal yang perlu ditertawakan. Seseorang tertawa
sumbernya bukan hanya dari hasil melihat saja, namun mendengar dan merasakan.
Kadang tanpa harus ada reaksi verbal seseorang bisa tertawa hanya dengan
melihat suatu kejadian. Begitupun sebaliknya, seseorang dapat tertawa sampai
rahangnya sakit ketika mendengar hal yang ia anggap lucu walaupun ia tidak
melihatnya menggunakan mata. Banyak sekali stimulus yang muncul yang menjadi
latar belakang seseorang ia tertawa. Tapi di lain sisi, tertawa bisa jadi hal
yang memilukan untuk mereka para pejuang yang berusaha tegar karena cintanya
pergi. Memaksakan diri untuk tertawa ketika ada hal yang sedikit lucu, atau hal
yang banyak dianggap oleh orang lain lucu lalu ia ikut tertawa untuk mengubur
luka dalam cintanya. Ya, tertawa hanya dijadikan topeng belaka agar ia nampak
tegar di depan banyak orang, agar ia tidak dianggap cengeng, dan agar ia
diberikan posisi yang sama ketika orang yang lain tertawa juga. Ada juga orang
yang menggunakan tawanya untuk menjilat seseorang. Tujuannya macam-macam, ada
yang tertawa saat si bos mengatakan suatu lelucon yang benar-benar sangat tidak
lucu tapi agar ia dipromosikan lalu ia tertawa terbahak-bahak. Ada juga yang
kasihan melihat temannya yang sudah berusaha melakukan hal lucu lalu sahabatnya
tertawa untuk memberikan penghargaan pada ia yang sudah berusaha. Mungkin ada
juga yang menjadikan tertawa sebagai tanda bahwa ia berkuasa, ingat tokoh jahat
di film sherina? Ya Surya Ardiwilaga, ia tertawa jahat ketika akan
merealisasikan rencana jahatnya, atau di awal kalimat yang mengandung unsur
kejahatan dalam dirinya, ia pun tertawa. Atau salah seorang senior di SMA mu,
ketika ia tertawa untuk menunjukan penghinaan, melecehkan atau meremehkan
terhadap juniornya, tapi ini biasanya terjadi di kalangan ABG ‘cewe’. Memang
jahat tujuannya, nah orang-orang seperti inilah yang tertawanya tidak positif.
Relevansinya dengan nenek lampir atau nenek sihir yang sedang menyiapkan buah
apel racun untuk dimakan oleh Putri Salju. Mereka digambarkan sebagai nenek
jahat yang sukanya menganggu ketertiban dan kedamaian kaum protagonis, pasti
saja ada adegan dimana mereka ‘tertawa jahat’. Kasihan ya mereka, tertawa
yang dianggap sebagai alat positif penghasil kebahagiaan, malah disalahgunakan.
Tapi lebih kasihan lagi orang yang tidak bisa tertawa, dalam lingkup yang
sedikit ilmiah ini disebut dengan ‘mobius syndrome’ atau seseorang dengan
gangguan tidak bisa tersenyum.
Bisa kita
bayangkan, senyum saja tidak mampu apalagi tertawa. Kaitannya dengan hal yang
lebih klinis karena ini hal ihwal tentang otot syaraf yang ada di wajah dan hal
lainnya. Ada yang berhasil di terapi agar bisa tersenyum dan tertawa lagi
hingga 3 tahun lamanya. Untuk mencapai sebuah kebahagiaan dengan tersenyum dan
tertawa mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun, tentu bagi mereka tertawa
merupakan hal yang penting dalam hidup ini, saya yakin mereka yang berusaha
seperti itu memaknai dengan positif
bagaimana
seharusnya ‘tertawa’ diperlakukan.
Tertawa
terkadang banyak disalahgunakan oleh orang-orang yang saya ceritakan tadi,
entah hasilnya membawa kebaikan atau tidak, yang pasti niat mereka tidak baik.
Padahal, tertawa itu jika ditempatkan di tempat yang mulia, akan membawa
kebaikan bagi orang yang tepat menggunakannya. Sampai-sampai sekumpulan orang
membuat klub hanya untuk tertawa
bersama.
Mungkin anda pernah mendengar tentang ‘klub ketawa’, biasanya
anggotanya
bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah lanjut usia. Mungkin anak muda belum terlalu
faham bagaimana memaknai tertawa di hidup mereka. Tujuannya baik, mereka ingin
sehat dengan tertawa. Sehat fisiknya, maupun psikisnya. Klub ini juga
ber-label-kan terapi karena dapat membantu kondisi fisik dan psikis seseorang
membaik dalam berbagai hal, termasuk penyakit kronis sekalipun. Sampai seperti
itu manusia memuliakan ‘tertawa’.
Ternyata
kalimat pertama tadi belum selesai, tertawa bukan hanya
“hahaha”
semata, banyak makna dibalik tertawa..
0 comments