TERTAWA BUKAN HANYA TENTANG KESENANGAN (Gejala Ketawa) By Gina Inoy

by - 7:56 PM


Hore ada lagiiii, sekarang mah punya si Gina, dipanggilnya Inoy tapi. Rame euy temen-temen aku pada bikin tulisan, padahal inimah disuruh dosen, sebagai tugas, tapi ya biarin aja atuh, ih....

TERTAWA BUKAN HANYA TENTANG KESENANGAN (Gejala Ketawa) 

Tertawa itu sederhana, hanya membuka mulut lalu bersuara hahaha. Banyak orang tertawa karena hal yang ia anggap lucu, lucu itu yang biasanya sesuatu yang bisa menghibur diri seseorang sehingga ia bereaksi seperti yang dibilang orang-orang tertawa. Reaksi tertawa ini spontan, kadang orang tidak dapat menguasai dirinya saat ia tertawa karena hal yang ia anggap sangatlah lucu dan menyenangkan. Humor dapat membuat orang tertawa, sampai terbahak-bahak. Ataupun ketika seseorang melihat kejadian yang ia anggap lucu, mungkin ia akan tertawa sampai perutnya sakit dan sampai mengeluarkan air dari matanya. Tapi, umumnya yang mengeluarkan air dari mata itu adalah gejala dari orang yang sedang bersedih. Tapi tidak juga ternyata setelah saya mengalaminya sendiri. Mendapati hal yang sangat lucu lalu tanpa bisa dikontrol saya tertawa terpingkal-pingkal sampai perut saya sakit dan rahang saya keram dan lalu akhirnya mengeluarkan air dari mata saya, seperti halnya orang menangis. Tertawa juga dapat dikontrol atau ditahan, ya tetapi kalo hal itu sangat lucu mungkin seseorang akan merasa sakit di bagian pipi, dada dan perutnya ketika menahan tawa. Tak masalah, karena tertawa itu gejala alamiah yang dirasakan oleh manusia. Tapi apakah penyebab tertawa pada semua orang itu sama? Jelas berbeda. Ini cuma soal selera dan mood mungkin. Ayah saya bisa saja terpingkal-pingkal ketika menonton film lawas dari WARKOP DKI, tapi tidak dengan saya. Saya mungkin akan tertawa ketika menyimak candaan cerdas dari para host The Comment. Jadi gejala tertawa itu muncul dari sisi subjektif seseorang ketika ia mempresepsikan suatu hal yang membuat ia tertawa. Tapi saya juga tidak akan tertawa melihat para host The Comment membuat elucon ketika saya baru saja kehilangan motor kemarin di halaman rumah saya, ya tentu Ayah saya juga tidak akan tertawa untuk hal yang satu ini.
 
 Pernah teman saya ketika berbicara via
 LINE call 
 dengan seorang teman lainnya yang warga asli Jerman. Teman saya mengucapkan kata dalam bahasa inggris dengan logat sundanya yang kental, dan orang Jerman ini tertawa terpingkal-pingkal sampai ia sulit menghentikannya. Padahal menurut teman saya dan bahkan menurut saya hal itu biasa saja, bukan hal yang perlu ditertawakan. Seseorang tertawa sumbernya bukan hanya dari hasil melihat saja, namun mendengar dan merasakan. Kadang tanpa harus ada reaksi verbal seseorang bisa tertawa hanya dengan melihat suatu kejadian. Begitupun sebaliknya, seseorang dapat tertawa sampai rahangnya sakit ketika mendengar hal yang ia anggap lucu walaupun ia tidak melihatnya menggunakan mata. Banyak sekali stimulus yang muncul yang menjadi latar belakang seseorang ia tertawa. Tapi di lain sisi, tertawa bisa jadi hal yang memilukan untuk mereka para pejuang yang berusaha tegar karena cintanya pergi. Memaksakan diri untuk tertawa ketika ada hal yang sedikit lucu, atau hal yang banyak dianggap oleh orang lain lucu lalu ia ikut tertawa untuk mengubur luka dalam cintanya. Ya, tertawa hanya dijadikan topeng belaka agar ia nampak tegar di depan banyak orang, agar ia tidak dianggap cengeng, dan agar ia diberikan posisi yang sama ketika orang yang lain tertawa juga. Ada juga orang yang menggunakan tawanya untuk menjilat seseorang. Tujuannya macam-macam, ada yang tertawa saat si bos mengatakan suatu lelucon yang benar-benar sangat tidak lucu tapi agar ia dipromosikan lalu ia tertawa terbahak-bahak. Ada juga yang kasihan melihat temannya yang sudah berusaha melakukan hal lucu lalu sahabatnya tertawa untuk memberikan penghargaan pada ia yang sudah berusaha. Mungkin ada juga yang menjadikan tertawa sebagai tanda bahwa ia berkuasa, ingat tokoh jahat di film sherina? Ya Surya Ardiwilaga, ia tertawa jahat ketika akan merealisasikan rencana jahatnya, atau di awal kalimat yang mengandung unsur kejahatan dalam dirinya, ia pun tertawa. Atau salah seorang senior di SMA mu, ketika ia tertawa untuk menunjukan penghinaan, melecehkan atau meremehkan terhadap juniornya, tapi ini biasanya terjadi di kalangan ABG ‘cewe’. Memang jahat tujuannya, nah orang-orang seperti inilah yang tertawanya tidak positif. Relevansinya dengan nenek lampir atau nenek sihir yang sedang menyiapkan buah apel racun untuk dimakan oleh Putri Salju. Mereka digambarkan sebagai nenek jahat yang sukanya menganggu ketertiban dan kedamaian kaum protagonis, pasti saja ada adegan dimana mereka ‘tertawa jahat’. Kasihan ya mereka, tertawa yang dianggap sebagai alat positif penghasil kebahagiaan, malah disalahgunakan. Tapi lebih kasihan lagi orang yang tidak bisa tertawa, dalam lingkup yang sedikit ilmiah ini disebut dengan ‘mobius syndrome’ atau seseorang dengan gangguan tidak bisa tersenyum.
Bisa kita bayangkan, senyum saja tidak mampu apalagi tertawa. Kaitannya dengan hal yang lebih klinis karena ini hal ihwal tentang otot syaraf yang ada di wajah dan hal lainnya. Ada yang berhasil di terapi agar bisa tersenyum dan tertawa lagi hingga 3 tahun lamanya. Untuk mencapai sebuah kebahagiaan dengan tersenyum dan tertawa mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun, tentu bagi mereka tertawa merupakan hal yang penting dalam hidup ini, saya yakin mereka yang berusaha seperti itu memaknai dengan positif
bagaimana seharusnya ‘tertawa’ diperlakukan.
Tertawa terkadang banyak disalahgunakan oleh orang-orang yang saya ceritakan tadi, entah hasilnya membawa kebaikan atau tidak, yang pasti niat mereka tidak baik. Padahal, tertawa itu jika ditempatkan di tempat yang mulia, akan membawa kebaikan bagi orang yang tepat menggunakannya. Sampai-sampai sekumpulan orang membuat klub hanya untuk tertawa
bersama. Mungkin anda pernah mendengar tentang ‘klub ketawa’, biasanya
anggotanya bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah lanjut usia. Mungkin anak muda belum terlalu faham bagaimana memaknai tertawa di hidup mereka. Tujuannya baik, mereka ingin sehat dengan tertawa. Sehat fisiknya, maupun psikisnya. Klub ini juga ber-label-kan terapi karena dapat membantu kondisi fisik dan psikis seseorang membaik dalam berbagai hal, termasuk penyakit kronis sekalipun. Sampai seperti itu manusia memuliakan ‘tertawa’.
 Ternyata kalimat pertama tadi belum selesai, tertawa bukan hanya
“hahaha” semata, banyak makna dibalik tertawa..

You May Also Like

0 comments